Wartainsight.com-Perkumpulan Tahanan Palestina (PPS) melaporkan bahwa jumlah jurnalis yang ditahan di penjara Israel telah mencapai 61 orang, dengan 52 di antaranya ditahan sejak awal agresi militer Israel pada 7 Oktober 2023.
Dalam pernyataannya pada Senin (02/09/2024), PPS mengungkapkan bahwa sejak serangan massal Israel terhadap rakyat Palestina dimulai pada 7 Oktober, tentara pendudukan Israel telah menangkap 98 jurnalis, dengan 52 di antaranya masih ditahan. Dari jumlah tersebut, 15 jurnalis berada di bawah penahanan administratif.
Jurnalis terbaru yang ditahan adalah Hazim Nasser dari Tulkarem, yang dikenakan penahanan administratif selama lima bulan. Selain itu, enam jurnalis lainnya, termasuk Rasha Hirzallah dari WAFA, juga ditahan. Di Jalur Gaza, setidaknya 17 jurnalis ditahan, dengan dua di antaranya, Nidal al-Wahidi dan Haytham Abdul Wahid, menjadi korban penghilangan paksa.
PPS juga mencatat bahwa 12 jurnalis menghadapi tuntutan atas tuduhan penghasutan yang dianggap tidak berdasar dan sering digunakan oleh otoritas pendudukan untuk menekan warga Palestina, terutama jurnalis.
Sementara itu, Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, melaporkan bahwa lebih dari 70 persen sekolah di Gaza hancur atau rusak, dan banyak di antaranya kini digunakan sebagai tempat pengungsian. Akibatnya, ratusan ribu keluarga terpaksa mengungsi, dan anak-anak kehilangan akses pendidikan.
Lazzarini menambahkan bahwa lebih dari 600.000 anak mengalami trauma berat dan tinggal di reruntuhan, dengan banyak di antaranya kehilangan kesempatan untuk belajar. Ia memperingatkan bahwa tanpa gencatan senjata, anak-anak Gaza berisiko menjadi korban eksploitasi, termasuk pekerja anak dan perekrutan oleh kelompok bersenjata.
Menurut Lazzarini, gencatan senjata sangat penting untuk memberikan waktu jeda bagi warga sipil, membebaskan sandera, dan memastikan distribusi kebutuhan dasar, termasuk akses pendidikan.