Wartainsight.com-Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia harus mewaspadai dampak gempa Megathrust Nankai yang terjadi di timur lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku, dan Kinki, Jepang Selatan.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa Megathrust Nankai memiliki sejarah memicu gempa dahsyat dan destruktif.
Seperti Gempa Ansei Nankai berkekuatan 8,4 magnitudo yang diikuti tsunami pada 24 Desember 1854, serta Gempa Nankaido dengan kekuatan serupa pada 21 Desember 1946.
BMKG mengungkapkan bahwa gempa besar ini hampir selalu memicu tsunami, mengingat sistem Megathrust Nankai yang sangat aktif.
Data sejarah menunjukkan zona sumber gempa ini dapat memicu gempa berkekuatan 8,0 magnitudo atau lebih setiap satu hingga dua abad.
Menurut para ilmuwan Jepang, Palung Nankai yang memiliki beberapa segmen megathrust berpotensi menimbulkan gempa berkekuatan hingga 9,1 magnitudo jika seluruh segmen tersebut bergeser sekaligus.
Para ilmuwan Jepang khawatir dengan potensi ini, terlebih setelah gempa Miyazaki berkekuatan 7,1 magnitudo yang dipicu oleh salah satu segmen di Megathrust Nankai.
Palung bawah laut sepanjang 800 kilometer dari Shizouka di barat Tokyo hingga ujung selatan Pulau Kyushu dapat memicu gempa besar berikutnya.
Jika kekhawatiran ini menjadi kenyataan, gempa dahsyat tersebut tidak hanya merusak tetapi juga berpotensi memicu tsunami yang dapat mencapai wilayah Indonesia.
Namun, Daryono menegaskan bahwa gempa besar di Megathrust Nankai tidak akan mempengaruhi sistem lempeng tektonik di Indonesia karena jaraknya yang jauh. Aktivitas tektonik di Megathrust Nankai biasanya berskala lokal hingga regional.
Daryono memastikan masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir karena BMKG telah menyiapkan sistem pemantauan, pemrosesan, dan penyebaran informasi gempa bumi serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
BMKG menggunakan sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) untuk menyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh Indonesia, termasuk memantau aktivitas gempa dan tsunami di Megathrust Nankai Jepang secara real-time.
Kekhawatiran terhadap Megathrust Nankai juga dirasakan ilmuwan Indonesia terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
BMKG menilai gempa di kedua segmen ini hanya menunggu waktu karena sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.
Oleh karena itu, BMKG terus memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, dan simulasi evakuasi berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat.
Program ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, dengan harapan dapat mencapai zero victim.