Wartainsight.com-Perusahaan tambang nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatat laba usaha sebesar Rp 73,5 miliar, meningkat sedikit sebesar 13,17 persen dibandingkan tahun lalu yang tercatat Rp 64,7 miliar, meski harga nikel global mengalami penurunan.
Selama enam bulan pertama tahun 2024, NICL memperoleh pendapatan sebesar Rp 419 miliar, turun 11,95 persen dari Rp 476 miliar di periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga rata-rata nikel pada semester pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama NICL, Ruddy Tjanaka, menjelaskan bahwa meskipun omzet penjualan menurun dibandingkan tahun sebelumnya, volume penjualan meningkat signifikan sebesar 4,2%, dari 679.066 MT menjadi 707.597 MT. “Perusahaan juga berhasil melakukan efisiensi dan mengoptimalkan sumber daya di tengah kondisi operasional yang menantang saat ini,” tambahnya.
NICL menargetkan produksi nikel tahun 2024 sebesar 2.600.000 metrik ton (MT), meningkat 41% dari produksi tahun 2023 yang mencapai 1.847.000 MT. Target produksi ini mencakup bijih nikel dengan kadar Ni 1.30%-1.50%. Peningkatan target ini didorong oleh meningkatnya permintaan pasar seiring dengan bertambahnya jumlah smelter yang beroperasi.
Ruddy optimis mengenai prospek bisnis ke depan, mengingat meningkatnya kebutuhan industri nikel. “Dukungan pemerintah terhadap industri nikel menambah keyakinan kami untuk meningkatkan produksi nikel,” ungkapnya.
Ruddy juga menambahkan bahwa perusahaan akan fokus pada upaya peningkatan cadangan nikel. Untuk mencapai tujuan tersebut, NICL berencana melakukan eksplorasi secara berkelanjutan melalui konservasi dan optimalisasi cadangan marginal.