November 15, 2024

Pavel Durov Ditangkap di Prancis: Fakta-Fakta Seputar Pendiri Telegram

Wartainsight.com– Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi perpesanan Telegram, ditangkap di bandara Bourget, Prancis pada Sabtu malam (24/8). Penangkapan Durov diduga terkait dengan penyelidikan mengenai kurangnya moderasi konten di platform Telegram, yang dianggap memungkinkan aktivitas kriminal berlangsung tanpa kendala.

Menurut laporan dari TF1 TV dan BFM TV yang dikutip oleh Reuters, pihak kepolisian menilai bahwa situasi di Telegram telah menimbulkan kekhawatiran terkait aktivitas ilegal. Hingga saat ini, Telegram, Kementerian Dalam Negeri Prancis, dan kepolisian Prancis belum memberikan komentar resmi mengenai kasus ini. Sementara itu, Rusia, yang sebelumnya sempat berusaha melarang Telegram, menyatakan bahwa mereka sedang mengambil langkah-langkah untuk “memperjelas” situasi Durov.

Berikut adalah beberapa fakta penting mengenai Pavel Durov dan Telegram:

Asal Usul Durov dan Kepemilikan Telegram

Pavel Durov, yang lahir di Rusia 39 tahun lalu, adalah pendiri dan pemilik Telegram, aplikasi perpesanan yang bersaing dengan platform lain seperti WhatsApp dan WeChat. Telegram memiliki misi untuk mencapai lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu satu tahun. Aplikasi ini telah menjadi sumber informasi utama tentang konflik Rusia di Ukraina, dan dikenal sebagai “medan perang virtual” untuk perang tersebut.

Memiliki Banyak Kewarganegaraan

Durov, yang diperkirakan memiliki kekayaan sebesar US$15,5 miliar menurut Forbes, meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak permintaan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VKontakte, yang kemudian ia jual. Ia menjadi warga negara Prancis pada Agustus 2021 dan pindah ke Dubai pada 2017. Durov juga dilaporkan memiliki kewarganegaraan Uni Emirat Arab dan St. Kitts and Nevis di Karibia.

Telegram Diblokir di Rusia

Rusia mulai memblokir Telegram pada 2018 setelah aplikasi tersebut menolak perintah pengadilan untuk memberikan akses kepada layanan keamanan negara ke pesan terenkripsi. Meskipun pemblokiran ini tidak sepenuhnya menghentikan akses ke Telegram di Rusia, hal ini memicu protes massal dan kritik dari LSM. Popularitas Telegram yang terus berkembang memicu perhatian dari negara-negara Eropa, termasuk Prancis, mengenai isu keamanan dan pelanggaran data.

Pada Mei, regulator teknologi Uni Eropa menghubungi Telegram karena hampir memenuhi kriteria yang dapat membuatnya tunduk pada persyaratan yang lebih ketat menurut undang-undang konten online Uni Eropa.

Kunjungan ke Indonesia Pada 2017

Durov pernah mengunjungi Indonesia pada 1 Agustus 2017, dan mengadakan pertemuan dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada masa itu. Telegram sempat diblokir di Indonesia karena ketidakpatuhan terhadap peraturan. Meskipun saat itu Durov tidak memastikan pendirian kantor perwakilan di Indonesia, ia menyebutkan bahwa Telegram memiliki perwakilan.

Penangkapan Durov menambah daftar tantangan yang dihadapi oleh Telegram dalam upayanya untuk menavigasi berbagai regulasi dan tuntutan di seluruh dunia.

Scroll to Top